Judul : Sang Pemimpi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun : 2006 (cetakan Pertama)
Tebal : 277 Hal
Sang pemimpi adalah novel kedua dari tetralogi karya Andrea Hirata. Bercerita tentang perjuangan meraih mimpi, persahabatan dan cinta. Ikal, Arai dan Jimbron saat memasuki fase remaja. Seperti biasa, komedi satire menjadi senjata Andrea untuk mempermainkan emosi pembaca. Penuh kejutan, bahkan setiap paragraf. Atau kalau-pun mau. Dari setiap paragraf tersebut bisa berperan menjadi induk-induk baru, untuk sebuah cerita baru. Tidak bermaksud melebih-lebihkan memang, saat kita merasa sebuah penggalan cerita hanyalah pelengkap agar target tebal buku tercapai atau di fikiran pembaca lain selayaknya mata rantai yang terputus.
Tapi ternyata justru di belahan halaman lain kita menemukan rangakaian penyatunya. Mengumpulkan keping mozaik, begitulah bahasa si penulis dalam menanggapinya. Dari segi filosofis, memang jargon yang kita temui di muka buku. Sebuah novel pembangkit jiwa. Kurang berapi-api jika dibanding koar-koar buku lain. Katakanlah panduan menjadi kaya misalnya.
Tapi kedalaman maksud dari kata tersebut akan kita temukan di sepanjang cerita, dari awal sampai akhir. Ikal, seorang yang tidak terlalu menonjol. Mengalami fluktuasi umum seorang remaja, sebelum benar-benar menjadi dewasa. Arai, sosok yatim piatu yang justru harus memainkan peran sebagai pelindung. Tidak pernah berhenti membuat kejutan. Jimbron si maniak kuda. Bercita-cita mendedikasikan hidup untuk kuda, hanya pada kuda!!!
Di buku ini jugalah, akhirnya para tokoh utama (arai dan ikal), akhirnya meninggalkan kota tercinta-Belitong untuk menuju tanah Jawa. Meretas mimpi, membuka peluang untuk mewujudkan satu-persatu khayalan mereka….
Tapi kedalaman maksud dari kata tersebut akan kita temukan di sepanjang cerita, dari awal sampai akhir. Ikal, seorang yang tidak terlalu menonjol. Mengalami fluktuasi umum seorang remaja, sebelum benar-benar menjadi dewasa. Arai, sosok yatim piatu yang justru harus memainkan peran sebagai pelindung. Tidak pernah berhenti membuat kejutan. Jimbron si maniak kuda. Bercita-cita mendedikasikan hidup untuk kuda, hanya pada kuda!!!
Di buku ini jugalah, akhirnya para tokoh utama (arai dan ikal), akhirnya meninggalkan kota tercinta-Belitong untuk menuju tanah Jawa. Meretas mimpi, membuka peluang untuk mewujudkan satu-persatu khayalan mereka….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar