Judul : Rahasia Kesaktian Para Jawara
Penulis : M. Athoullah Ahmad
Penerbit : Pustaka Pesantren
Edisi : I, 2011
Tebal : xiv+ 230 halaman
Banyak orang mengira bahwa ilmu kesaktian para jawara merupakan suatu hal naif dilakukan orang awam. Kyai bisa dikatakan sakti apabila ia mampu berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya hanya dengan sekejap mata. Seseorang mampu mencederai musuh hanya dengan cukup sekali pukul pakai telapak tangannya. Bahkan hanya dengan nyelentik lawan, kyai mampu merobohkan musuhnya dengan sekejap. Inilah kesaktian yang hanya dimiliki oleh segelintir orang.
Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata menguasai ilmu hikmat ini memang gampang-gampang susah. Dikatakan susah, faktanya yang mampu menguasai ilmu itu hanya beberapa orang. Ilmu ini mempunyai dedikasi yang tinggi. Ia dapat dikategorikan sebagai ilmu tingkat atas. Tetapi, dibalik itu semua pasti ada rahasianya.
Salah satu kata kuncinya terletak pada rahasia kata-kata puitis dalam Al-Qur’an. Pada dasarnya, kata-kata memiliki kekuatan tersendiri bagi kehidupan manusia. Sebab, dengan kata-kata manusia bisa menangis, tertawa, bahagia sedih, dan mampu mengerjakan hal-hal yang tak mungkin bisa dilakukan sewajarnya. Bagaimana jika kata-kata yang dikatakan adalah kalam suci dari Al-Qur’an yang telah diuji coba oleh para ulama mengenai khasiat dan kehebatannya?
Penulis : M. Athoullah Ahmad
Penerbit : Pustaka Pesantren
Edisi : I, 2011
Tebal : xiv+ 230 halaman
Banyak orang mengira bahwa ilmu kesaktian para jawara merupakan suatu hal naif dilakukan orang awam. Kyai bisa dikatakan sakti apabila ia mampu berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya hanya dengan sekejap mata. Seseorang mampu mencederai musuh hanya dengan cukup sekali pukul pakai telapak tangannya. Bahkan hanya dengan nyelentik lawan, kyai mampu merobohkan musuhnya dengan sekejap. Inilah kesaktian yang hanya dimiliki oleh segelintir orang.
Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata menguasai ilmu hikmat ini memang gampang-gampang susah. Dikatakan susah, faktanya yang mampu menguasai ilmu itu hanya beberapa orang. Ilmu ini mempunyai dedikasi yang tinggi. Ia dapat dikategorikan sebagai ilmu tingkat atas. Tetapi, dibalik itu semua pasti ada rahasianya.
Salah satu kata kuncinya terletak pada rahasia kata-kata puitis dalam Al-Qur’an. Pada dasarnya, kata-kata memiliki kekuatan tersendiri bagi kehidupan manusia. Sebab, dengan kata-kata manusia bisa menangis, tertawa, bahagia sedih, dan mampu mengerjakan hal-hal yang tak mungkin bisa dilakukan sewajarnya. Bagaimana jika kata-kata yang dikatakan adalah kalam suci dari Al-Qur’an yang telah diuji coba oleh para ulama mengenai khasiat dan kehebatannya?
Mungkin inilah yang kita sebut dengan tabir rahasia. Rahasia banyak menyimpan tabir mistik yang sangat luar biasa. Ilmu hikmat mencoba membuka secuil tabir misteri dari rahasia yang terkandung dalam dunia keislaman. Rahasia ini bisa dijumpai dalam huruf-huruf, ayat, surat dan asmaul husna serta doa yang dipanjatkan oleh setiap muslim. Dari sini dapat diketahui berbagai rahasia yang dapat digunakan untuk kebutuhan duniawi maupun ukhrawi.
Upaya untuk mencapai tujuan ini dapat dilakukan melalui riyadhah. Riyadhah ini dapat dijalani dengan praktik menjalankan dzikir, puasa, wirid, dan sebagainya. Ini dijalani dengan ritual praktik keagamaan secara seimbang. Kegiatan ini memang terasa berat dan sulit dilakukan bagi orang yang bukan ahlinya. Tetapi, bagai yang telah terbiasa melakukannya akan merasa mudah dan mampu mencapai puncak ilmu hikmat.
Secara terminologi falsafati, ilmu hikmat merupakan ilmu yang membahas mengenai hakikat sesuatu obyek sesuai kemampuan akal manusia. Obyeknya berupa hal-hal konkrit maupun akli-dzihni. Secara prinsip, tujuannya untuk mendapatkan kemuliaan prima di dunia dan keselamatan serta kebahagiaan diakhirat kelak. Singkatnya, ilmu hikmat merupakan ilmu yang membicarakan mengenai rahasia huruf. Baik huruf secara keseluruhan beserta angka yang terdapat di dalamnya, mapun huruf secara khusus seperti dalam permulaan surat.
Buku bertajuk “Rahasia Kesaktian Para Jawara”, ditulis oleh M. Athoullah Ahmad telah mengupas banyak mengenai ilmu hikmat. Tetapi perlu diingat, bahwa kehadiran buku ini bukan bermaksud untuk mengobral murah ilmu hikmat. Sebaliknya, buku ini merupakan salah satu ikhtiar dalam nguri-nguri dan melestarikan tradisi “berilmu hikmat”. Sebab, ilmu hikmat akhir-akhir ini menjadi langka akibat tergerus arus modernitas.
Menurut pakar ahli hikmat, setiap huruf atau ayat mempunyai khadam (malaikat, jin atau alam arwah) sebagai menunggunya. Maka, ketika seseorang sedang melakukan riyadhah, ia akan dihampiri oleh penunggu tersebut. Uniknya, bahkan diantara mereka bisa melaksanakan transaksi/negosiasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Riyadhah ini hanya mampu dijalani oleh seseorang berjiwa khusyu’ tinggi.
Betapa banyak ayat yang mengandung vitalitas dan spiritual. Apabila salah satu kunci telah dipegang oleh seseorang, maka ia akan dapat membuka pintu yang lain secara sendirinya. Wawasan kajian ilmu hikmat didasarkan pada kajian filsafat, ajaran islam, dan tingkah laku orang shalih terdahulu. Dalam catatan sejarahnya, filsafat lahir dari peradaban panjang. Sebelu islam berkembang, peradaban ilmu-ilmu klasik telah jauh berkembang.
Fakta ini sebagaimana yang telah terjadi dalam peradaban Timur maupun Barat. Sebagaimana yang terjadi di Mesir kuno, Sumeria, Babilonia, Siria, Persia, India, China, dan Yunani. Berbagai pemikiran ini kemungkinan besar juga ikut andil dalam pertumbuhan filsafat islam. Salah satu yang berperan adalah produk pemikiran filsafat yunani. Filsafat yunani merupakan filterisasi dari kebudayaan lama. Pada mulanya, pemikiran ini merupakan pengujian terhadap agama secara sederhana dengan ukuran akal pikiran.
Secara simpel, ilmu hikmat merupakan ilmu keislaman yang praktiknya dipengaruhi ajaran dari luar islam. Dalam praktiknya dibingkai dengan riyadhah dan mujahadah ole para ahli tarekat. Ilmu hikmat ini membicarakan rahasia huruf, ayat, surat, asmaul husna, dan doa. Ditinjau dari sisi derajatnya, ilmu ini sangat tinggi derajatnya. Sehingga jarang yang menguasainya.
Dalam kenyataannya, ilmu hikmat bagai istana gading di awang-awang. Tak ada seorangpu yang mampu singgah disana. Kecuali orang yang mempunyai sayap dan sanggup menerawang alam atas dan bawah. Sehingga, ia berada diantara dua jarak sisi yang sama. Sudah selayaknya, pelaku ilmu hikmat melakukan itu semua karena ikhlas lillahi ta’ala. Sebab, tak sedikit dari mereka yang masih terpana dengan dunia fatamorgana.
Di dalam penambahan daya spiritual, tidak diperkenankan melenceng dari syara’. Sehingga, keutuhan tauhid tetap terjaga dan terkendali. Oleh sebab itu, biasanya sebelum mereka mengaji ilmu hikmat, terlebih dahulu mereka harus memahami syariat islam dengan sepenuhnya. Sebab, syariat merupakan petunjuk islam yang sesungguhnya. Syariat yang benar merujuk pada pedoman kaidah Al-Qur’an dan Hadits.
*Penulis: Pustakawan, TBM Pustaka Hasyim Asy’arie Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar