Google Search Engine

9.17.2008

Puisi Sosial

Aku = Bangsaku

Kalau relung hatiku sempit
Tak ada ruang untuk berbagi apalagi diskusi
Aku bernama fanatis

Ketika warna membutakanku
Hanya warnaku yang kujunjung dan kupuji
Paling benar, paling unggul dan dominan
Aku disebur rasis

Aku = Bangsaku

Kalau relung hatiku sempit
Tak ada ruang untuk berbagi apalagi diskusi
Aku bernama fanatis

Ketika warna membutakanku
Hanya warnaku yang kujunjung dan kupuji
Paling benar, paling unggul dan dominan
Aku disebur rasis

Ketika tamak dan serakah membekap nurani
Mengangkangi kejujuran, merampas hak-hak saudaraku
Sematkan padaku label kapitalis

Dan......
Ketika fanatis, rasis, kapitalis menyatu dalam ragaku
Hanya satu yang mampu refleksikan semua perangaiku itu
Mereka adalah bapak-bapakku yang mengaku mewakili
Suara hati, jerit tangis, serta asa
Kaum papa yang disebut Rakyat


Busung Lapar
Disini, tepat dihadapanku
Terpampang periuk nasi
Tapi, entah kenapa
Aku tak kuasa meraih apalagi merengkuh
Butir-butir karunia Ilahi yang menjadi hakku

Aku tahu, hatimu menjerit
Ketika dari hari ke hari kuasaku kian jauh darimu
Saat tangan-tangan itu merenggutmu jauh dariku
Aku tahu kau merintih
Saat iblis-iblis rakus itu
Mempermainkanmu dalam kisi-kisi harga

Oh Tuhan.......
Dalam nestapa sesungging senyum masih mampu kuhadirkan
Lantunan puji masih sempat kunyanyikan
Setidaknya......
Aku tak usah bertanggung jawab
Atas apa yang masuk di perutku
Atau hak siapa yang telah kurenggut
Lengketnya perutku sudah cukup yakinkanMU
Oleh N.Wibisono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar