Google Search Engine

9.08.2008

Pers: Antara Kawan dan Lawan

PERS :

ANTARA KAWAN DAN LAWAN

Media informasi sebagai ekses dari globalisasi mengalami berbagai transformasi ke dalam berbagai bentuk dan pemilahan. Pembagian media berdasarkan sarana (alat) yang digunakan terbagi menjadi 2 kelompok yaitu media cetak dan elektronik, Dari segi konteks juga mengalami evolusi yang awalnya hanya menyampaikan informasi, sekarang menjadi lebih beragam antara lain sebagai media hiburan, sarana penyampai pesan oleh kelompok tertentu bahkan sebagai corong penguasa untuk mengendalikan massa. Dalam hal ini penulis mencoba untuk menguraikan fungsi pers kedalam 3 golongan besar yaitu media independen dan media dependen, serta media yang beroperasi dalam area abu-abu (Grey Area).


Media Independen

Visi dan misi media ini adalah menyampaikan informasi pada masyarakat secara akurat, tanpa bumbu dan embel-embel serta menyajikan berita apa adanya. Media ini tidak di bawah tekanan ataupun komando kelompok tertentu sehingga keabsahan berita dan informasi yang dibuat tidak perlu dipertanyakan. Namun tantangan yang harus dihadapi media ini sangatlah berat karena sangat potensial terjadi gesekan dengan golongan kepentingan. Selain itu media ini mempunyai kelemahan apabila mengedepankan aktualitas karena tidak sedikit informasi yang didapatkan tidak lain hanyalah merupakan jebakan, fitnah, atau pengalihan dari topik yang sedang hangat diperdebatkan. Kita masih belum lupa bagaimana isu formalin dan bakso tikus sebenarnya dibuat untuk mengalihkan masyarakat dari DPR yang saat itu sedang menjadi sorotan karena ber-pelesir ria ke Mesir.

Media Dependen

Sesuai dengan namanya, media ini sebenarnya hanyalah boneka, tunggangan dan alat kepentingan suatu kelompok tertentu untuk menyebarkan pandangan, alat pencapaian popularitas dan sebagainya. Di Indonesia, yang termasuk dalam media ini tanpa perlu ditulis-pun sudah banyak yang mahfum. Seperti Pilkada beberapa waktu yang lalu misalnya, para balon (bakal calon) ramai-ramai menggunakan pers sebagai alat untuk menjaring massa. Selain Pilkada, ada juga pemimpin sebuah BUMN yang menggunakan pers sebagai alat untuk menunjukkan keberhasilan badan tersebut di bawah pimpinannya meskipun semua orang juga tidak bodoh untuk tahu bagaimana bobroknya BUMN tersebut.

Media Abu-abu

Media yang beroperasi di area abu-abu tak ubahnya bunglon, ketika sebuah berita sangat komersil di mata masyarakat maka tanpa memperhatikan benar tidaknya isi berita, berita tersebut menghiasi halaman-halaman depan media tersebut tanpa mau tahu apakah berita tersebut akurat atau tidak, layak atau tidak .

Satu hal yang sangat membahayakan media ini adalah, mereka seringkali mengidentikkan dan mengusung kebebasan pers sebagai tameng dalam menghadapi kecaman. Jadi, anda bisa memasukkan media-media luar negeri yang memampang kartun nabi Muhammad ke dalam golongan ini.

Terakhir, media manakah yang benar-benar berperan sebagai ‘kawan’ bagi kita sebagai subyek penikmat informasi? Coba tanyakan pada hati nurani anda sendiri-sendiri. Mana yang layak disebut pers dan mana yang hanya layak disebut ‘sampah’...............

Oleh :

N. Wibisono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar