Judul: Membongkar Gurita Cikeas
Penulis: George Junus Anditjondro
Tahun: 2009
Penerbit: Galang Press
Tebal: 140 Hal
Mendadak, buku ini begitu populer. Dan ironisnya justru ‘dipopulerkan’ oleh SBY selaku obyek dari penelitian ini. Sebuah blunder yang sebelumya (mungkin) tak terpikirkan oleh sang presiden yang terkenal suka curhat ini. Atau (mungkin) juga salah perhitungan??entahlah.
Buku ini sebenarnya tidak terlalu istimewa dari sudut metodologi. Karena data-data yang seharusnya menjadi senjata untuk membongkar sisi gelap SBY. Justru (hanya) berasal dari data-data sekunder. Tapi kelemahan tersebut seketika tertutup, oleh antusiasme pembaca saat menelusuri “gurita-gurita” bisnis cuci uang SBY untuk menyembunyikan kekayaannya. Melalui kedok yayasan. Seolah-olah menapak tilasi rekam jejak diktator nomor wahid Republik Indonesia, Alm Soeharto.
Buku ini sebenarnya tidak terlalu istimewa dari sudut metodologi. Karena data-data yang seharusnya menjadi senjata untuk membongkar sisi gelap SBY. Justru (hanya) berasal dari data-data sekunder. Tapi kelemahan tersebut seketika tertutup, oleh antusiasme pembaca saat menelusuri “gurita-gurita” bisnis cuci uang SBY untuk menyembunyikan kekayaannya. Melalui kedok yayasan. Seolah-olah menapak tilasi rekam jejak diktator nomor wahid Republik Indonesia, Alm Soeharto.
Dalam buku ini ditulis, antara 2005-2006 telah didirikan 2 yayasan yang berafiliasi ke SBY. Yaitu, Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam yang didirikan tahun 2005 dan berkantor di Tebet, Jakarta Selatan, tapi selalu menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dzikirnya di Masjid Baiturrahim di Istana Negara.
Serta, Yayasan Kepedulian Sosial Puri Cikeas, disingkat Yayasan Puri Cikeas, yang didirikan tanggal 11 Maret 2006 di kompleks perumahan Cikeas Indah. Menjelang Pemilu 2009, yayasan penopang kekuasaan SBY bertambah satu yaitu Yayasan Kesetiakawanan dan kepedulian (YKDK) yang dipimpin Arwin Rasyid.
Yang mengagetkan, Empat orang anggota Dewan pembinanya sudah masuk ke dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II, yakni Djoko Suyanto, Purnomo Yusgiantoro, Sutanto, dan MS Hidayat. Belum termasuk dukungan dana sebesar US$1 juta dari Djoko Soegiarto Tjandra., pemilik Bank Bali dan buron kelas kakap BLBI!!!
Mengerutkah dahi anda? atau justru membuang muka saat selesai membaca buku ini? Wajar, itulah ekspresi berbeda dari setiap pembaca.
Jadi, tolong dong Bapak SBY yang terhormat. Biarkan publik sendiri yang menilai. Apakah buku ini benar-benar membuka topeng anda. Atau kah buku ini hanya sekedar fiksi picisan.
Sebagai penutup, sebuah ungkapan tepat kiranya untuk kita renungkan.Bakarlah buku, maka kau telah menghancurkan peradaban.
Karena buku adalah produk peradaban. Yang menjadi pemisah momentum-titik awal bergesernya manusia dari jaman Jahilliyyah. Maka bukan sikap bijak kiranya jika pemerintah melarang beredarnya buku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar